Perjalanan wisata sehari ke madura masih belum berakhir, mumpung masih ada waktu kesempatan mengunjungi bukit bedel (bukit kapur) Aermata, Arosbaya. Beda dengan bukit jaddih, bukit kapur arosbaya ini mempunyai warna sedikit kemerahan, uniknya banyak lorong-lorong yang terdapat didalam sana dan beberapa sisa tambang yang menyerupai tembok. Warna batu pun sedikit kehijauan karena ada yang sudah bertahun-tahun tidak tersentuh tangan manusia sehingga ber lumut.
Mungkin bisa dibilang Bukit Kapur Arosbaya ini “Petra-nya Indonesia” karena bentuknya menyerupai kota yang terbuat dari batu alam dengan lorong-lorong yang sangat banyak menyerupai katakomba.
Untuk menuju ke sini cari saja pesarean Aermata di Arosbaya. Semua orang pasti sudah tau lokasi ini, karena pesarean Aermata adalah makam raja-raja Madura jaman dahulu yang hingga sekarang masih dikeramatkan dan hormati. Nah kalo sudah sampai di gerbang pesarean seperti gambar dibawah ini lihat disebelah kanan, nanti ada jalan yang sangat kecil, bisa dibilang bukan jalan umum tapi jalan kampung atau gang. Besarnya hanya cukup untuk 1 buah mobil saja. Saya ngga bisa bayangkan bila ada mobil dari arah yang berlawanan, gimana cara jalannya ya? ngga ada tempat untuk menepi. Untung waktu saya ke sini tidak ada mobil lain. Masuk saja ke jalan itu menembus rumah penduduk sampai keluar ke semak-semak dan ngga lama sudah kelihatan tambang kapurnya disebelah kanan.
Mungkin kalau mau aman parkir saja di lahan parkir pesarean Aermata dan jalan kaki menuju tambang kapur, rasanya ngga jauh hanya sekitar 400an meter dari gerbang pesarean Aermata.
Lagi-lagi banyak pungutan liar disini. Untuk parkir mobil dikenakan biaya 20rb dan untuk motor 3rb, tapi saya tawar akhirnya boleh hanya membayar sebesar 10rb saja untuk mobil.
Saat melihat-lihat didalam lagi-lagi ada yang menagih uang masuk disana meminta 20rb tapi lagi-lagi kami tawar dan kami kasih 10rb untuk 1 rombongan.
Oh ya, waktu berkunjung sebaiknya pada saat matahari masih bersinar karena cahaya matahari yang menyorot ke batu sangat berperan besar dalam memberikan tekstur 3D sehingga dinding batu tampak berkilau kemerahan dengan relief yang tampak sangat bagus.
Saat memasuki lorong-lorong bagian dalam hawa sedikit pengap dan panas, seakan-akan kita memasuki “dunia lain” atau jaman sebelum Masehi. Apalagi pada saat kami datang, pengunjung tidak terlalu banyak dan sudah sore sehingga hanya tinggal beberapa kelompok anak muda saja yang terlihat, itu pun tidak sampai masuk ke dalam sehingga lorong bagian dalam sudah sangat sepi.
Tambang kapur ini masih aktif digali, tampak beberapa kelompok pekerja sedang memotong batu-batu yang ada. Saat kami tanya mulai kapan bukit ini ditambang, ternyata bukit ini sudah digali semenjak kakek mereka hingga kini. Mungkin dahulu hanya memakai peralatan tradisional, tetapi saat ini mereka sudah memakai gergaji mesin yang dijalankan dengan disel.
Entah sampai kapan tambang kapur ini dapat memberi nafkah penduduk sekitar. Andaikata pemerintah dapat memfasilitasi tentu tambang kapur ini dapat lebih dari sekedar tambang bagi penduduk sekitar.
wah seru ya mas rame” sama keluarga nih
keren sekali gan. biasanya bukit kapur warnanya putih tapi ini beda malah warnanya merah kecoklatan. unik banget
mampir – mampir gan di blog ane, ane punya artikel yang sama di pergipedia.com
sip bro
Sip bro