Tiongkok kecil heritage, itu julukannya. Ya di kota Lasem ini meski kotanya kecil tapi peninggalan sejarahnya betebaran di seluruh kota. Salah satunya adalah Tiongkok kecil heritage ini.
Menurut sejarah yang di ceritakan oleh guide, rumah ini sudah dibangun semenjak tahun 1887. Dahulunya adalah rumah burung wallet. Tetapi semenjak ada penjarahan rumah ini di jual dan berganti ke pemilik ke dua. Sekarang rumah menjadi milik Pak Rudy seorang pengusaha Lasem yang menjadi pemilik ke tiga rumah ini.
Berbentuk simetris antara kanan dan kiri menyimbolkan yin dan yang dalam kepercayaan tiongkok kuno.
Kembali ke cerita awal yah. Kalau kamu hendak berkunjung ke sini sebaiknya memakai GPS karena meski dekat dengan jalan raya tetapi rumah ini masuk sedikit ke dalam gang sehingga tidak kelihatan dari jalan raya.
Tiongkok kecil Heritage ini menjadi satu dengan oemah batik lasem, jadi saat parkir kita berada di halaman oemah batik yang ada depotnya. Untuk masuk ke rumah heritage kita di haruskan membeli tiket sebesar 20 ribu yang nantinya bisa di tukar dengan makanan dan minuman senilai tiket. Selama kunjungan ada satu orang petugas yang akan menjadi guide selama kita berkeliling karena ada beberapa titik yang membutuhkan penjelasan.
Pintu masuk berada disamping kasir, jadi setelah kita membayar ada sebuah pintu kecil yang harus kita lewati dan masuk kedalam lorong yang berisikan batik berbagai jenis dan bermacam corak dari berbagai pengrajin. Baik-batik ini merupakan koleksi pemilik rumah dimana batik ini masih asli batik tulis.

Setelah keluar dari ruang batik barulah kita berada di halaman rumah dengan suasana serba merah. Tampak di teras ada 4 patung dewa yang seakan-akan menjaga rumah.
Suasana serasa alami karena terdengar kicau burung walet yang di perdengarkan dari beberapa speaker kecil diatas rumah. Terdapat lorong merah di kiri dan kanan rumah yang cukup instagramable.

Diruang tengah rumah utama terdapat patung dewa Kwan Kong si Dewa perang nan setia. Disampingnya terdapat dua barongsai yang mengapit. Tampak di sisi kanan dan kiri terdapat kamar penginapan yang disewakan untuk umum.
Kamarnya cukup besar, bisa diisi 4 orang karena terdapat 2 ranjang dengan ukuran Queen size dengan fasilitas TV, AC dan meja rias.

Dibalik patung Kwan Kong terdapat anak tangga untuk naik ke lantai dua, konon dulunya dipakai sebagai tempat penyimpanan beras dan hasil tani. Tetapi tangga itu sekarang sudah di tutup sehingga kita tidak bisa naik ke atas.
Disamping belakang terdapat toilet baru dan lama, yang baru sudah menggunakan air panas dan shower sebagai fasilitas tamu yang bermalam. Ada juga sumur tua yang biasa dipakai sebagai tempat berfoto.
Jangan lupa, ada satu rahasia di kamar depan yang kamu harus tau. Dibawah tanah di kamar depan terdapat ruang rahasia untuk melarikan diri apabila ada perampok atau orang jahat datang ke rumah ini pada jaman dulu. Pastikan kamu masuk ke dalamnya dan merasakan seperti pelarian pada jaman dulu.

Setelah puas berfoto kita bisa kembali ke oemah batik untuk membeli oleh-oleh atau langsung ke cafenya untuk menukarkan tiket dengan makanan.

Rumah Oei
Ngga jauh dari oemah batik lasem ada yang namanya rumah Oei. Cukup jalan kaki saja kalau kami. Sekitar 200 meter berjalan ke jalan raya.
Rumah Oei ini juga rumah model tiongkok kuno. Tetapi sekarang di jadikan café dan penginapan. Sayang saat kami ke sini cafenya masih belum buka sehingga kami hanya melihat rumah utama dan penginapannya saja.

Disamping depan ada tempat menjual pernak-pernik oleh-oleh, setelah itu baru terdapat halaman depan yang dibuat sebagai café. Setelah masuk di rumah utama terdapat ruang tamu dan ruang keluarga yang masih tertata seperti jaman dahulu dengan berbagai asesoris tulisan kaligrafi china kuno dan beberapa foto pemiliknya.

Sedangkan di ruang tengah terdapat meja sembahyang yang biasanya oleh orang dulu dipakai sebagai tempat meletakkan abu keluarga yang meninggal. Nah di ruang kanan terdapat banyak foto para pejabat dan pemilik juga kata-kata bijak yang di temple di dinding. Sedangkan di kamar kiri terdapat ratusan foto orang yang bermarga Oei mulai dari turunan pertama hingga turunan saat ini. Tampak di keterangan foto nama dan angka turunan keberapa. Beberapa foto menunjukkan bahwa dari keluarga ini menghasilkan beberapa orang-orang hebat seperti guru besar di beberapa universitas dan ada juga yang menjadi pastor/romo dari salah satu ordo.

Kalau kita berjalan lagi masuk ke belakang maka tampak semacam café lagi yang berada di teras belakang. Café ini di penuki dengan berbagai tulisan asal usul beberapa makanan seperti ronde, bakcang atau lontong cap go meh.

Di halaman belakang kita melihat bangunan baru yang di fungsikan sebagai penginapan dengan nama Wisma Pamilie, mottonya Bin Shi Ru Cui yang artinya tamu datang ibarat rumah sendiri.
Menurut petugas di sana harga kamar berkisar antar 150-400 ribu dengan fasilitas toilet dalam.

Klenteng Poo An Bio
Karena di Lase mini banyak orang keturunan tionghwa, maka tentu saja di sini juga banyak klenteng. Salah satunya adalah klenteng Poo An Bio. Kamu dapat berkunjung ke sini meski bukan beragama konghucu asalkan tetap menghormati aturan yang berlaku.

Yang unik tuh saat kami keluar dari klenteng Poo An Bio menuju jalan raya, melihat sebuah pesantren dengan papan nama dan pos yang berbentuk bangunan China klasik juga. Ternyata itu adalah pondok pesantren Kauman yang memang unik karena keberadaannya di kelilingi oleh klenteng dan vihara. Betul betul mencerminkan ke Bhinekaan.

Klenteng Cu An Kiong
Lagi-lagi klenteng. Ya seperti yang sudah saya jelaskan di atas, karena banyaknya orang tionghwa di Lasem maka banyak juga klenteng disini. Klenteng Cu An kiong ini saya temui saat hendak mampir ke Lawang Ombo. Tampak disamping klenteng, semacam patung diorama yang menceritakan perjuangan laskar tionghwa dan jawa melawan VOC pada tahun 1740-1743.

Sayang Lawang Ombo tidak berhasil kami singgahi karena ternyata harus mengadakan janji dulu pada pemiliknya untuk bisa masuk.



